Kala itu, mendung kelabu

Bukan, Bukan kelabu, tapi hitam,pekat

Saat itu dunia ku runtuh

Hancur tak bersisa

Pedih, bagai disayat sembilu

Sesak ,bagai berliter-liter air memenuhi paru-paru ku

Tak ada pamit yang ia ucap

Meninggalkan aku bersama sang pekat

Menghempaskan ku ke dasar jurang

Kadang aku bertanya, kenapa Ia Tuhan?

Kenapa Ibuku yang kau ambil?

Padahal saat itu aku sedang berjuang untuk memberikannya senyum saat aku berhasil menyandang gelar sarjana

Meneruskan impian dan cita-citanya

Setapak berlalu, menangis aku sendiri

Aku bersimpuh di atas bumi yang terasa kosong

Mengapa aku Tuhan?

Mengapa aku yang kau pilih menanggung dan merasakan luka ini ?

Cahaya ku telah pergi, duniaku gelap gulita

Bertahun-tahun aku menyembuhkan luka

Mengumpulkan serpihan hati yang coba ku rekatkan dengan lem

Berhasilkah? Ya berhasil menempel, namun masih menampilkan guratan-guratan yang takkan hilang, berbekas hingga akhir

Kini rinduku menggunung Tuhan

Ku tabung rindu ini, berharap mendapatkan bunga dari tabungan ku

Yang akan ku gunakan untuk mengikis pilu…

Ariyanti, S.Pd - Istanbul Class Homeroom Teacher
Ariyanti, S.Pd – Istanbul Class Homeroom Teacher