Mengantisipasi Learning Loss Saat Pandemi


Oleh : Eko Kurniawan Prasetio, S.Pd.I.

(Wakil Kepala SDIT Mentari Indonesia)

Sejak pandemi Covid-19 merebak, dunia pendidikan tidak bisa berjalan normal. Pembelajaran di sekolah berubah menjadi belajar dari rumah. Kebijakan ini di ambil untuk menjaga kesehatan peserta didik dan meminimalisir tertular virus Covid-19.

Belajar dari rumah memiliki sisi positif dan sisi negatif. Di antara sisi negatifnya adalah guru tidak bisa mengamati perilaku peserta didik, ilmu yang disampaikan baik melalui virtual meeting maupun video belum tentu dapat diserap dan dipahami dengan baik, belum lagi akses internet, tidak semua peserta didik memiliki akses internet yang baik, terutama di daerah pedalaman yang tidak terjangkau internet. Akibatnya, mereka tidak mengalami pembelajaran yang memadai sehingga dikhawatirkan akan terjadinya learning loss. Jika learning loss ini terus terjadi, maka yang terjadi berikutnya adalah lost generation.

Istilah lost generation awalnya ditujukan untuk kelompok sosial yang mengalami kebingungan dan kehilangan arah pada awal pasca Perang Dunia I. Sekarang, istilah ini, kerap terdengar digunakan di masa pandemi Covid-19. Selain itu, pada tanggal 11 November 2020 menjelang peringatan Hari Anak Sedunia, UNICEF menerbitkan sebuah laporan global yang diberi bingkai “Averting a Lost COVID Generation”. Laporan tersebut berisi usulan besar yang harus menjadi kerja kolektif untuk merespons, memulihkan, dan mengimaji ulang dunia pasca pandemi yang ramah bagi anak-anak. Learning loss sendiri adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena kondisi tertentu, seperti yang di alami pada saat ini yaitu pandemi Covid-19.

Akibat dampak Covid-19 ini, peristiwa putus sekolah terjadi akibat peserta didik yang mengalami kemiskinan akibat faktor penurunan ekonomi. Akibat penurunan ekonomi juga, tidak sedikit peserta didik yang terpaksa pindah sekolah akibat tidak mampu melengkapi administrasi yang berimplikasi beberapa sekolah harus tutup akibat kekurangan peserta didik. Belum lagi fenomena siswa yang memilih untuk tidak melanjutkan sekolah, baik itu mengundurkan diri ataupun menunda masuk sekolah karena pembelajaran daring dianggap tidak maksimal. Jika kondisi learning loss ini terus berlanjut maka dikhawatirkan akan banyak siswa yang pengetahuan dan keterampilannya tidak sebaik sebelum pandemi terjadi.

Dari berbagai permasalahan learning loss tersebut, penulis memiliki tips-tips bagi guru untuk mengatasi masalah tersebut dengan:
1. Guru harus memiliki growth mindset, yakni pemikiran yang tumbuh dan berkembang sesuai perkembangan zaman. Sebagai contoh, pembelajaran daring yang dilakukan saat pandemi ini mempercepat guru dan peserta didik dalam perkembangan digital yang semakin cepat.
2. Lakukan tes awal pada saat terjadi pembelajaran tatap muka terbatas. Hal ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ)
3. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Tinggal di rumah untuk belajar di masa pandemi selama berbulan-bulan tentunya membuat peserta didik jenuh dan merindukan guru serta teman-temannya. Untuk itu, sudah saatnya para guru untuk mendampingi belajar dengan cara yang lebih menyenangkan, yaitu pembelajaran yang lebih ditekankan pada proses, jangan menekankan pada hasil yang berdampak pada psikologis peserta didik.
4. Penerapan kelas modern (flipped clasroom), yaitu menggabungkan pembelajaran daring dengan pembelajaran luring (blanded learning). Dengan cara blanded learning ini guru memberikan materi dan tugas melalui daring, sedangkan siswa dapat mengeksplore materi dan tugas lebih dalam karena memiliki ruang dan waktu yang lebih fleksibel. Pada saat pembelajaran tatap muka dapat digunakan untuk aktivitas kolaborasi aktif dari siswa yang mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) dengan cara presentasi, diskusi, bedah kasus dan debat.

Demikianlah beberapa tips yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi, atau setidaknya meminimalisir terjadinya learning loss dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pasca pandemi. Pandemi tidak membuat guru apatis dan pesimis, melainkan menjadi pelecut semangat untuk untuk meningkatkan pembelajaran menjadi lebih menarik, kreatif, inovatif dan kolaboratif.